Tuesday 18 August 2020

Bobba for lunch

Kemarin aku ngobrol bareng suami & temen kami, soal gaya hidup kami di usia dua puluhan. Aku baru ngeh kalau gaya hidup aku pas baru lulus FK itu sangat sangat nggak sehat. Ironis ya? :)) lulus fakultas kedokteran malah gaya hidupnya berantakan. Pertama, aku tu workaholic dan perfeksionis banget. Sekarang sih alhamdulillah sudah nggak terlalu, thanks to my hubby yang selalu mengingatkan aku kalo nggak semua-muanya itu harus sempurna. Dulu waktu di Jakarta, aku selalu mau menuntaskan pekerjaanku secara cepat dan tepat, juga tentu saja ... perfect. 

Aku sempat magang di Rumah Sakit POLRI Kramat Jati selama hampir dua tahun. Bekerja di bagian forensik, dengan tingkat kejahatan di Jakarta yang tinggi buanget, membuat jam kerjaku nggak karuan. Resminya, jam kerjaku itu dari jam 08.00 - 15.00 tapii setelah itu aku lanjut jaga klinik, sampai jam 8-10 malam tergantung pasienku. Pulang ke rumah bisa sekitar jam 11 malem dan langsung tidur buat menyambut besok paginya. Kadang aku merasa 24 jam sehari itu nggak cukup. 

Nah, selama jam kerja itu pola makanku awut-awutan banget. 

Aku memilih makanan yang cepat didapat dan mengenyangkan. Klinik tempatku jaga dulu terletak di apartemen dan biarpun banyak banget makanan rumahan di dekat sana, tetep aja aku hampir selalu makan junk food. 



Yeap, Lotteria is my diet at that time. Kalau klinik lagi rame dan pengen makan yang cepat selesai, kadang aku cuma makan es krim atau minum kopi susunya aja. Lebih parah lagi kalau aku di rumah sakit dan lagi banyak kerjaan (otopsi, laporan, dll). Siang aku sering memilih buat gak makan siang dan mengganti makan siangku dengan ... 


Bubble tea / bobba. Buatku, minuman / makanan (?) ini praktis. Aku minum segelas aja pasti sudah kenyang banget karena bobba-nya. Belum lagi gerainya cukup banyak dan dekat tempat kerjaku. Jadi kalau males kemana-mana aku tinggal pesan segelas (kadang malah dua gelas, satu kubawa sebagai bekal) buat menu makan siangku. Saking seringnya pesan, mbak-mbak penjaga counter sampai hafal pesananku, kalau nggak milk tea ya taro. 

"Ehh Mbak Dokter. Kayak biasa, Mbak? Taro? Atau Milk tea?" 

Dua tahun hampir setiap hari aku kayak gitu. Duh! Di antara semua pilihan makananku itu, kayanya yang 'mendingan' kalau aku lagi kejebak macet... 



Aku pasti stuck di minimarket macam Lawson atau 7/11 (RIP). Di sana aku bisa makan onigiri isi suwiran ikan, oden, sosis panggang ... walaupun minumnya tinggi gula juga sih, Slurpee / sejenisnya. Biarpun badanku nggak se(ehem) ndut sekarang, tapi nggak tau deh kalau waktu itu kadar gulaku dicek gimana (>_<") makanku mulai agak membaik waktu aku pindah ke luar Jakarta. Pertama, di Makassar. Di sana aku banyak makan ikan karena ikannya murah dan seger-seger :9 aku punya warung ikan langganan di dekat kostanku. Pemilik warungnya orang asli Surabaya dan ramah banget. Aku mulai dikit-dikit memperbaiki pilihan makanku :P

Sekarang sih alhamdulillah udah nggak dan nggak mau juga kayak begitu lagi, hahaha ... inget usia juga :)) metabolisme udah nggak sebagus dulu. Lagipula, tinggal di Yogya juga lebih tenang ... nggak membuatku merasa 24 jam sehari nggak cukup. Selain itu, ternyata perutku udah nggak tahan sama bobba. Terakhir minum malah besoknya perutku bermasalah >_< 

No comments:

Post a Comment

Ambis

  Just yesterday another hullabaloo happened in twitter (surprise, surprise). This time it was about an infamous stand-up comedian slash inf...