Sunday 2 August 2020

Day ... of Twitter Detoxing

Toxic Twitter | Amnesty International Canada

Sudah hari (atau minggu) kesekian saya sign out dari akun microblog saya. Jauh dari ketubiran yang sudah jadi makanan sehari-hari, jauh dari 'Bung besar' dan 'Bung-bung kecil' yang rajin menyortir opini orang-orang untuk kemudian dijadikan bahan perundungan massal, jauh dari logical falacy yang digunakan sebagai senjata orang-orang yang mengaku 'berpikiran terbuka' dan jauh dari hal-hal toxic lainnya yang selama ini secara tidak sadar masuk ke pikiran saya. 

Beberapa akun 'txtdari'-blablabla itu contohnya. Mereka rajin melakukan tangkapan layar pada opini orang-orang tertentu, lalu menjadikannya bahan perundungan buat pengikutnya. Yaa memang belakangan ini mereka menyoret nama penggunanya, tapi sekarang penelusuran Twitter gampang banget digunakan untuk menguntit siapa yang mengirim post itu. Sudah bukan rahasia lagi, tinggal mengcopy-paste kata-kata yang ditulis di tangkapan layar itu dan voila! Dapat nama pengirimnya. Tinggal ditangkap layar lagi lalu disebarkan deh. Tulis saja balasan di akun 'txtdari' itu dan semua orang yang kepo langsung bisa dapat bahan rundungan baru. 

Ya saya setuju kalau fitur tersebut digunakan untuk menolong orang lain, misalkan menolong orang yang diancam / dikuntit / dll. Pernah ada orang yang mau menyebarkan foto telanjang mantan pacarnya di twitter, dia menyebarkan identitas mantan pacarnya tersebut dan warganet (yang waras) beramai-ramai merundung orang itu. Semua melaporkan akun tersebut, juga melakukan tangkapan layar untuk diberikan ke akun kepolisian. Beberapa LSM juga berkata akan mengawal kasus itu untuk melindungi korban jika fotonya beneran tersebar. Kalau untuk itu, oke saya setuju. Tapi kalau untuk merundung opini orang yang sebenarnya tidak berbahaya?

Dulu pernah ada seorang perempuan yang iseng memposting fotonya dengan caption yang mungkin agak cringe buat sebagian orang, tapi buat saya sebenarnya biasa saja. Hey, we all have our own cringey/alay times, no? Tapi dalam hitungan jam, ratusan balasan menyerang perempuan itu. Orang-orang itu niat banget membuka 'jejak digital' lama, menguntit sampai akun media sosial lain dan tentu saja ... bodyshaming habis-habisan. Ketika perempuan itu nggak tahan dan membalas, semakin banyak backlash yang dia dapat. 

Padahal, jujur saja apa yang ditulis perempuan itu tidak membahayakan kok! Ini juga bukan yang pertama kalinya orang yang ingin berbagi positive vibes malah kena rundung. Akhirnya boro-boro mau berdiskusi damai dengan menuliskan opini! Udahlah, saya putuskan untuk rehat sejenak. 

Saya lebih banyak menggunakan instagram dan itupun saya banyak follow akun-akun yang 'adem', antara lain madcatniplalaartworkyesimhotinthis dan banyak lagi akun 'adem' dengan ilustrasi-ilustrasi manis yang siap menyegarkan pikiran saya setiap kali saya buka instagram. Saya juga download Wattpad, Noveltoon dan Storial. Yang saya rasakan? Pikiran saya jadi lebih tenang. Saya jadi bisa lebih fokus dengan keadaan sekitar. Oh ya, saya juga follow akun perempuan-perempuan yang saya sebutkan tadi. And their positive vibes are amazing! Sayang orang-orang yang gemar ketubiran tidak bisa melihatnya :P their loss. 

Mungkin sebagian orang penasaran ya ... kenapa nggak saya blokir atau senyapkan saja orang-orang yang membuat saya kesal di twitter? Mungkin nanti kalau saya niat :P saya akan bebersih akun twitter saya, mute orang-orang yang toxic lalu follow akun-akun adem. Sementara ini ... saya masih nyaman dengan aplikasi-aplikasi baru saya. Biarlah Twitter dengan segala ketubirannya. Saya mau senang-senang dulu, hihihi :) 

No comments:

Post a Comment

Ambis

  Just yesterday another hullabaloo happened in twitter (surprise, surprise). This time it was about an infamous stand-up comedian slash inf...